cinta yang ditumbuhkan

Pertama aku mengenalnya, kulihat gadis itu duduk merenung, sedih dan seolah menyesali nasib.
Aku mengenal dia sebagai seorang gadis yang semarga dengan ibuku, wanita yang baik dan menurutku cukup cantik.
Kenapa Ito ? Kucoba mendekati dia. Dan dia menceritakan kepadaku kegundahannya pacaran dengan seorang petinju.
Saya tidak ingin mendalami alasan mereka harus putus, tapi mereka sudah sepakat untuk menjual kembali barang-barang yang telah mereka beli bersama (mungkin inilah yang dimaksud dengan pembagian harta gono-gini bagi pasutri yang akan bercerai).

"Dan kasur ini juga akan dia angkat, karena ini dia sendiri yang beli " begitu dia memberi penjelasan kepada saya tentang sejauh mana hubungan mereka selama ini.
Sebenarnya saya ingin tertawa, dalam hati saya bertanya : Selama ini kamu pacaran dengan lelaki macam apa, sampai kasur juga mau disita"
Kembali dia mengingatkan : "Dia seorang petinju".
mungkin maksudnya supaya saya hati-hati dan mengurungkan niat untuk ikut campur.
Jujur saya juga agak kecut, saya tidak suka berurusan dengan masalah pribadi orang, apalagi dengan seorang petinju yang dalam pikiran saya pasti mengandalkan otot, tidak bisa diajak berpikir jernih.( maaf teman-temanku petinju, karena yang saya ingat waktu itu hanya si Tyson)

Tapi , gadis ini semarga dengan ibuku, dia juga cukup cantik dan umurnya dibawah saya tiga tahun, berarti saya ada alasan untuk ikut campur. Kalau toh harus mengambil alih hak pacarnya saya pantas karena saya singel,pacar saya yang orang Toraja sudah jelas-jelas ditolak keluarga, jadi posisi saya singel terbuka.

"Biar saya yang menghadapinya, seandainya ada kekerasan, jangan takut mengatakan putus, kalau itu pilihan terbaik bagimu" ahirnya kata-kata itu keluar dari mulutku.
Kulihat dia bahagia, kulihat wajahnya menaruh sebersit harapan, karena dia ada yang melindungi.

Saya kurang tau pasti apakah ini hadiah karena ucapanku yang bak pahlawan, ataukah menjadi hak otomatis bagiku menjadi pacarnya setelah secara tidak langsung meneguhkan hatinya memutuskan pacar, yang jelas kini kami menikah, melewati ribuan masalah, dan kerikil yang menantang cinta yang kami tumbuhkan.

Hari ini gadis yang dulu merenung sedih dan kini jadi istriku itu membentakku "Dasar, tidak punya otak" serapah nya karena aku menyindir kebiasaannya berkata Say-say pada suami orang, tapi berucap kasar pada suaminya sendiri.
Hatinya jadi tersayat ketika aku membalas ucapan kasar itu dengan membuka luka lama, "Kamu harus ingat :Cintaku padamu adalah cinta yang ditumbuhkan, dari yang tadinya tidak ada"
Sepertinya dia terpukul, karena kulihat dia merenung, sedih dan seolah menyesali nasib. persis seperti ketika pertama aku berjumpa dengannya

Adakah cinta ini akan tetap tumbuh ???

Sementara aku kini mencintainya karena kutau dia lah wanita terbaik yang pernah kukenal..

Curhat di blogg;;

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan di Arisan Sitompul Boru & Bere Serpong

Pesta Parheheon AMA HKBP Serpong