Omak

Selagi masih hidup, aku ingin menulis sesuatu tentang Omak.
Omak adalah panggilan kami buat mama yang telah melahirkan kami.
Beberapa waktu yang lalu beliau sakit.
Selain karena usianya memang sudah tua. Terlalu banyak mungkin pikiran yang mengganggu ketenangannya antara lain gi usianya yang setua ini, dia belum menyaksikan anak-anaknya beroleh keberhasilan seperti yang dia harapkan
Dalam ucapannya yang mulai lemah, mama kelihatannya mulai pasrah.
Semangatnya yang keras tidak lagi didukung oleh fisiknya.
Kini mama tinggal bersama putri bungsunya yang bekerja sebagai perawat.
Beruntung dia punya putri seorang perawat, sehingga mama ada yang merawat.
Tapi itulah Mama yang kukenal, yang menjadi Pahlawan ekonomi rumah tangga kami. Gaji Bapak sebagai Guru jelas tak mencukupi untuk memberi kami makan anak-anaknya yang delapan orang itu. Tapi Mama dan Bapak bertekad : semua harus sekolah.. jangan ada satu pun titipan Tuhan yang paling berharga ini yang terlantar. Begitulah Mama menganggap kami sebagai titipan Tuhan yang paling berharga.
Suatu ketika aku punya kesempatan mengunjungi Mamaku di Medan, saat wisuda pahompu panggoarannya.
Tak kuasa aku menahan air mata, ketika kutemui mamaku sedang memasak didapur.
"Supaya kamu langsung makan" demikian Mamaku langsung memelukku.
Masih seperti yang dulu.. "Jangan sampai ada anakku yang lapar." begitulah Mamaku menyayangi kami.
Mama masak apa ?
"Lihatlah anakku, cobalah anakku"
Kembali mataku berurai, teringat masa kecilku empat puluh tahunan yang lampau..
"Mama, aku rindu makanan ini, aku sangat menyukainya mama, : Kulihat sisa-sisa gulamo itu sudah tidak menunjukkan bentuk aslinya, sudah ditumbuk oleh Mama dan diresep sedemikian rupa.. apapun yang dimasak Mama pasti enak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan di Arisan Sitompul Boru & Bere Serpong

Pesta Parheheon AMA HKBP Serpong